Investasi Asing di Indonesia: Mengapa Kita Selalu Kalah dari Vietnam?
Investasi asing menjadi salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Namun, Indonesia sering kali kalah bersaing dengan negara tetangga, seperti Vietnam, dalam menarik investor. Salah satu contohnya adalah kekalahan Indonesia dalam merebut ‘hati’ perusahaan teknologi multinasional Amerika Serikat, Nvidia Corporation.
Menurut Penasihat Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Nasional, Bambang Brodjonegoro, Indonesia kalah saing dengan Vietnam dalam memperebutkan investasi asing. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di Vietnam, serta perizinan dan biaya investasi yang lebih sulit dan tinggi di Indonesia.
Direktur Segara Institut, Piter Abdullah, menyebut bahwa sulitnya birokrasi dan tingginya biaya tambahan menjadi kendala utama bagi Indonesia. Selain itu, upah tenaga kerja yang lebih mahal dan biaya dalam menjalankan bisnis yang tinggi juga menjadi faktor penentu.
Esther Sri Astuti, Direktur Eksekutif Indef, menyoroti empat aspek terkait posisi Indonesia di mata investor. Regulasi dan perizinan investasi yang lebih sulit, perjanjian kerja sama yang lebih sedikit, upah tenaga kerja yang lebih mahal, dan biaya dalam menjalankan bisnis yang tinggi menjadi tantangan bagi Indonesia.
Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, menyoroti kebutuhan energi terbarukan di kawasan industri Indonesia yang belum tersedia. Sementara itu, Vietnam telah menyediakan energi bersih melalui kebijakan power wheeling atau berbagi jaringan transmisi.
Selain itu, infrastruktur pendukung di kawasan industri Indonesia belum sepenuhnya memadai, dan biaya logistik cukup mahal. Pemerintah perlu bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mengoptimalkan fasilitas di kawasan industri.
Pemerintah Vietnam dianggap lebih efektif dalam mendorong kenaikan rasio pajak tanpa menaikkan tarif, sehingga menjadi daya tarik bagi investor asing. Vietnam juga diuntungkan oleh relokasi industri di tengah perang dagang, serta pemahaman yang baik dalam mengurangi beban biaya pegawai dan birokrasi.
Selain Nvidia, perusahaan teknologi lainnya seperti Apple juga memilih Vietnam sebagai tujuan investasi. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia terus kalah dalam memperebutkan investor dari Vietnam. Sejumlah perusahaan asal China, Korea Selatan, Taiwan, dan Denmark juga memilih Vietnam sebagai lokasi investasi mereka.
Dengan berbagai faktor yang membuat Indonesia kalah saing dengan Vietnam dalam menarik investasi asing, perlu adanya upaya yang lebih serius dari pemerintah untuk meningkatkan daya tarik investasi di tanah air. Dengan memperbaiki regulasi, mempermudah perizinan investasi, serta mengurangi biaya dan kendala lainnya, Indonesia dapat bersaing lebih baik dalam menarik investor asing.