Debu Radioaktif di Gurun Sahara: Asal Tak Terduga

Jejak Radioaktif dari Uji Coba Bom Atom

Debu-debu Gurun Sahara menerbangkan radioaktif plutonium. Sumbernya adalah jejak isotop dari uji coba bom atom saat Perang Dingin. Para ilmuwan telah menyelidiki apakah sejumlah besar isotop radioaktif yang dihasilkan oleh pengujian ini terbawa hingga ke Eropa Barat di tengah peristiwa debu Sahara yang kuat pada bulan Maret 2022.

Uji Coba Bom Atom Prancis di Sahara Aljazair

Pada tahun 1960-1966, Prancis meledakkan 17 bom di Sahara Aljazair. Meskipun ada klaim bahwa bom akan dijatuhkan di wilayah yang tidak berpenduduk, ribuan penduduk setempat dan tentara Prancis terpapar radiasi. Estimasi terburuk menunjukkan hingga 60.000 warga Aljazair terkena dampak ledakan tersebut.

Penemuan Isotop Radioaktif di Eropa

Studi terbaru menemukan bahwa isotop radioaktif dalam debu Sahara yang mencapai Eropa pada bulan Maret 2022 berasal dari uji coba nuklir yang dilakukan oleh AS dan Uni Soviet, bukan Prancis. Meskipun AS dan Uni Soviet tidak melakukan uji coba di Sahara, jejak radioaktif dari uji coba mereka tersebar luas dan dapat dideteksi dalam debu Sahara.

Analisis Lebih Lanjut

Para ilmuwan mempelajari 53 sampel debu Sahara Maret 2022 dan menemukan keberadaan isotop radioaktif tertentu. Hasilnya menunjukkan bahwa debu radioaktif tersebut berasal dari wilayah Reggane di Aljazair, tetapi kadar plutoniumnya tidak sesuai dengan rasio isotop rendah dari uji coba nuklir Prancis.

Implikasi Kesehatan dan Lingkungan

Kadar radiasi debu Sahara yang mencapai Eropa tetap jauh di bawah ambang batas keamanan Uni Eropa. Meskipun polusi debu Sahara menyebabkan masalah polusi atmosfer, itu tidak terkait dengan radioaktivitas debu. Masyarakat diinformasikan bahwa risiko radiasi dapat diabaikan.

READ  Istri Sandy Permana Membongkar Aib Suami terhadap Terduga Pelaku soal Minuman

Kesimpulan

Dengan temuan ini, penting bagi para pembuat kebijakan dan masyarakat untuk memahami sumber radioaktivitas tertentu dan mengambil langkah-langkah proaktif dalam menangani masalah polusi atmosfer yang disebabkan oleh debu Sahara.

Tentang Penulis

Penulis utama studi, Yangjunjie Xu-Yang, adalah ahli dari Climate and Environment Sciences Laboratory di Prancis. Studi ini diterbitkan dalam jurnal Science Advances.

Sumber

Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi situs resmi.

Terima kasih telah membaca artikel ini!

(ask/fay)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *