Pengolahan Alumina di Indonesia
Menteri BUMN Erick Thohir mengungkap bahwa Indonesia dapat menekan impor alumina dalam jumlah besar tahun ini. Hal ini berkat adanya pengolahan dan pemurnian bauksit menjadi alumina di Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) fase pertama, Mempawah, Kalimantan Barat.
Produksi Alumina Dalam Negeri
Erick Thohir menyatakan, “Bauksit yang sekarang sudah, nanti mudah-mudahan Maret ini di Kalimantan Barat, kita sudah bisa mulai produksi alumina sendiri. Yang dulunya kita impor sampai 1,2 juta ton, sekarang kita sudah bisa produksi 1 juta.”
Dengan demikian, Indonesia dapat menghemat biaya impor sebanyak US$ 300 juta atau setara Rp 4,8 triliun (kurs Rp 16.195).
Hilirisasi Industri Alumina
Erick juga mengungkap bahwa smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) dapat memproduksi bahan baku semikonduktor. Smelter yang berada di Kawasan Ekonomi Khusus, Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, akan menjadi yang terbesar.
“Kadang-kadang kita bangganya kok smelter terbesar di dunia itu aja terus highlightnya itu. Tapi bukan turunan detailnya. Sedangkan di Freeport itu yang menarik menggelitik ya, itu sebenarnya ada bahan baku untuk selenium, untuk yang namanya chip,” jelas Erick.
Manfaat Ekonomi dan Industri
Dengan produksi alumina dalam negeri yang meningkat, Indonesia tidak hanya dapat mengurangi ketergantungan pada impor, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan perekonomian negara.
Upaya Peningkatan Produksi
Erick Thohir menekankan pentingnya terus melakukan inovasi dan investasi dalam pengolahan bauksit menjadi alumina untuk meningkatkan produksi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Kesimpulan
Dengan upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan industri dalam pengolahan alumina, Indonesia dapat memperkuat posisinya sebagai produsen alumina terkemuka di dunia. Ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga memperkuat kedaulatan industri dalam negeri.
Sumber:
Detik.com – Erick Thohir: Indonesia Bisa Tekan Impor Alumina
