Mengantisipasi Dampak Tsunami PHK Akibat AI di Indonesia
Perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) telah membawa dampak yang signifikan di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Pemerintah perlu membuat kebijakan khusus untuk menghadapi tsunami pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi di banyak negara agar tidak menimpa Indonesia. Menurut pakar AI dari Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan, Indonesia harus memiliki visi yang jelas untuk melindungi sumber daya manusia (SDM) agar tidak menjadi korban AI.
Perlunya Kebijakan Khusus dalam Menghadapi AI
Indonesia memang sebaiknya tidak ketinggalan dalam hal teknologi, namun kebijakan khusus perlu ada agar tidak asal mengganti orang dengan AI. Firman Kurniawan menekankan pentingnya agar penerapan AI dilakukan secara sistematis dan bertahap, sehingga tidak malah mematikan sektor ekonomi. Membiarkan penerapan AI tanpa peta yang jelas dapat berdampak buruk bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pembelajaran dari Negara Lain
Indonesia sebaiknya tidak meniru negara-negara seperti Amerika Serikat dalam penerapan AI. Setiap negara memiliki kondisi ekonomi, sosial, dan budaya yang berbeda, sehingga strategi yang efektif di satu negara belum tentu cocok untuk negara lain. Firman mencontohkan kasus Pasar Tanah Abang yang terdampak oleh fenomena TikTok sebagai pelajaran bahwa Indonesia perlu mempertimbangkan dampak sosial dan budaya dalam mengadopsi teknologi.
Aspek Penting dalam Penerapan Teknologi
Pengaruh teknologi tidak hanya terbatas pada aspek teknisnya, namun juga melibatkan aspek sosial, budaya, ekologi, dan politik. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan aspek budaya dan organisasi dalam desain dan penerapan teknologi. Regulasi yang diterapkan juga harus memperhatikan kedalaman pemahaman mengenai AI agar dapat mengantisipasi dampak yang mungkin terjadi di masa depan.
Dampak PHK Akibat AI di Negara Lain
Tsunami PHK akibat AI telah terjadi di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Korea, dan China. Banyak perusahaan teknologi di negara-negara tersebut melakukan PHK besar-besaran karena beralih investasi ke AI. Paul Hoffman dan Sebastian Klovig Skelton memberikan bukti nyata adanya dampak PHK akibat AI, yang menunjukkan perlunya kesiapan dalam menghadapi perkembangan teknologi ini.
Kesimpulan
Indonesia perlu memiliki strategi yang tepat dalam menghadapi perkembangan teknologi kecerdasan buatan. Dengan memperhatikan aspek-aspek penting seperti sosial, budaya, dan regulasi, Indonesia dapat mengantisipasi dampak negatif dari penerapan AI. Dengan demikian, Indonesia dapat memanfaatkan potensi teknologi secara optimal tanpa merugikan sumber daya manusia.
Dengan demikian, Indonesia dapat memanfaatkan potensi teknologi secara optimal tanpa merugikan sumber daya manusia.
