Pandemi Ekonomi dan Fenomena Experience Economy di Indonesia
Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak yang signifikan terhadap ekonomi Indonesia. Daya beli masyarakat mengalami penurunan, PHK massal terjadi di berbagai perusahaan, dan kelas menengah pun turun kasta. Namun, di tengah kondisi ekonomi yang sulit, muncul fenomena yang menarik yaitu Experience Economy.
Pengertian Experience Economy
Experience Economy merujuk pada pergeseran belanja masyarakat kepada hal-hal berbau hiburan ketika daya beli sedang tertekan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kunjungan ke tempat rekreasi, nonton bioskop, dan nongkrong di cafe. Meskipun kondisi ekonomi sulit, masyarakat tetap mencari pengalaman hiburan sebagai pelarian dari situasi yang menekan.
Dampak Positif Experience Economy
Menurut Ekonom Bhima Yudhistira, fenomena Experience Economy juga membawa dampak positif bagi ekonomi. Salah satunya adalah penciptaan lapangan kerja baru di sektor hiburan. Selain itu, pengembangan potensi wisata daerah dan konservasi alam juga menjadi manfaat dari boomingnya Experience Economy.
Perkembangan Tempat Hiburan
Di kota-kota besar, tempat hiburan malam, karaoke, dan beach club semakin menjamur. Ada tren spesifik seperti hiburan malam khusus untuk Generasi Z di bawah 30 tahun, serta kehadiran beach club tidak hanya di Bali tetapi juga di Yogyakarta. Fenomena ini menunjukkan minat konsumen perkotaan terhadap pengalaman hiburan yang unik dan menarik.
Investasi dalam Experience Economy
Tidak hanya masyarakat yang berbelanja untuk pengalaman hiburan, namun arus dana investasi juga masuk ke dalam Experience Economy. Cafe hidden gem dan tempat-tempat hiburan unik menjadi target konsumen perkotaan yang mencari sensasi berbeda. Hal ini juga menjadi peluang bagi pengusaha di sektor hiburan untuk terus berkembang.
Tantangan dan Cara Bijak Menghadapi Experience Economy
Meskipun booming, Experience Economy juga menimbulkan tantangan bagi masyarakat. Bhima menekankan pentingnya memiliki skala prioritas dalam belanja, serta mengalokasikan pendapatan untuk kebutuhan pokok dan tabungan. Pengalaman hiburan hanya seharusnya menjadi bagian kecil dari total pendapatan, dan tidak boleh mengorbankan keuangan pribadi dengan memakai pinjaman.
Analisis dari Pakar Bisnis
Profesor Rhenald Kasali juga memberikan analisis terkait fenomena Experience Economy. Dia mencermati bahwa meskipun kondisi ekonomi sulit, tempat-tempat hiburan tetap ramai dikunjungi. Hal ini menggambarkan adanya lisptick effect, yaitu perubahan gaya konsumsi yang terjadi pada kondisi ekonomi tertentu. Contohnya adalah peningkatan penjualan produk kosmetik saat daya beli turun.
Kesimpulan
Pandemi Covid-19 telah mengubah pola belanja masyarakat Indonesia, namun fenomena Experience Economy tetap tumbuh di tengah kondisi ekonomi yang sulit. Dengan bijak mengelola keuangan dan mengalokasikan pendapatan, masyarakat dapat menikmati pengalaman hiburan tanpa mengorbankan keuangan pribadi. Experience Economy memberikan peluang bagi pengembangan sektor hiburan dan menciptakan lapangan kerja baru, namun perlu dihadapi dengan bijaksana agar tidak menimbulkan masalah keuangan di masa depan.