Mantan bos Nissan, Carlos Ghosn, mengomentari kabar merger antara Nissan dan Honda sebagai langkah frustasi dari Nissan yang tengah mengalami kemerosotan penjualan. Dalam situasi sulit ini, Nissan berencana memangkas 9.000 pekerjaan, menunda produk, dan mencari pendukung keuangan untuk menstabilkan operasinya.
Situasi Krisis Nissan
Nissan saat ini sedang mengalami kesulitan dengan kondisi yang tak kunjung membaik. Penjualan Nissan turun secara global, terutama di dua pasar terbesarnya, China dan Amerika Serikat. Pada paruh pertama tahun fiskal 2024, penjualan Nissan turun 3,8% menjadi 1,59 juta unit. China bahkan mengalami penurunan yang lebih tajam hingga 14,3%.
Ancaman dari Pasar Mobil Listrik China
Krisis Nissan semakin diperparah dengan maraknya mobil listrik murah dari China yang berhasil merebut pangsa pasar global. Mobil listrik China menawarkan harga kompetitif dan menjadi ancaman serius bagi Nissan. Jika kondisi ini terus berlanjut, Nissan diprediksi akan menghadapi utang terbesar dalam sejarahnya pada 2026, mencapai USD 5,6 miliar atau setara Rp 85 triliun.
Merger Nissan dan Honda: Langkah Putus Asa?
Dalam situasi krisis ini, Nissan dikabarkan menjajaki merger dengan Honda. Namun, menurut Carlos Ghosn, merger ini terlihat sebagai langkah putus asa. Ghosn menyebut bahwa sinergi antara kedua perusahaan sulit ditemukan karena keduanya berada di pasar yang sama dengan produk yang mirip.
Pengaruh Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang
Ghosn percaya bahwa Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang memainkan peran penting dalam mendorong merger ini. METI diyakini menekan Honda untuk melakukan kesepakatan demi menjaga salah satu merek terbesar Jepang tetap eksis.
Dampak Merger Terhadap Industri Otomotif Jepang
Meskipun merger antara Nissan dan Honda tampak sebagai langkah putus asa, hal ini dapat memiliki dampak besar terhadap industri otomotif Jepang secara keseluruhan. Dengan adanya merger, industri otomotif Jepang dapat mengalami restrukturisasi yang mungkin membawa perubahan besar dalam kompetisi global.
Analisis Kinerja dan Kontrol
Meskipun merger ini terlihat sebagai langkah putus asa, Ghosn menyoroti pentingnya keseimbangan antara kinerja dan kontrol dalam industri otomotif. METI dipercayai lebih memilih kontrol atas kinerja perusahaan demi menjaga stabilitas industri otomotif Jepang.
Upaya Penghematan Biaya Nissan
Untuk mengatasi krisis penjualan dan menghadapi tekanan pasar, Nissan telah mengumumkan rencana penghematan biaya yang meliputi pemangkasan 9.000 pekerjaan di seluruh dunia. Produksi global Nissan juga direncanakan akan berkurang seperlima sebagai bagian dari upaya penghematan biaya.
Titik Terang di Meksiko
Di tengah kondisi sulit ini, Nissan menemukan titik terang di Meksiko dimana produksi naik 12% menjadi 70.382 kendaraan. Meskipun demikian, Nissan tetap dihadapkan pada tantangan besar dalam menghadapi krisis penjualan globalnya.
Kesimpulan
Dengan kondisi krisis penjualan yang tengah dihadapi, langkah-langkah drastis seperti merger dengan Honda bisa menjadi opsi terakhir bagi Nissan. Meskipun terlihat sebagai langkah putus asa, merger ini dapat membawa dampak besar terhadap industri otomotif Jepang secara keseluruhan. Nissan harus terus beradaptasi dan berinovasi dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks di pasar otomotif global.
(riar/dry)