Mengungkap ‘Pabrik’ Uang Palsu di Kampus UIN Alauddin Makassar
Pada suatu hari, warga di Sulawesi Selatan dikejutkan dengan berita bahwa kampus UIN Alauddin Makassar menjadi tempat pembuatan uang palsu. Aksi tersebut dilakukan oleh Kepala Perpustakaan UIN Andi Ibrahin (AI) beserta sindikatnya. Mereka membeli mesin pencetak uang palsu senilai Rp 600 juta.
Penyebaran Uang Palsu di Masyarakat
Dampak dari aksi tersebut mulai terasa oleh masyarakat sekitar. Banyak laporan yang masuk mengenai penerimaan uang palsu. Menurut pengamat keamanan siber Vaksincom Alfons Tanujaya, sebenarnya mudah untuk mendeteksi apakah uang tersebut asli atau palsu.
"Pada prinsipnya, uang palsu dapat dideteksi dengan teknik sederhana 3D, yaitu dilihat, diraba, dan diterawang. Uang asli memiliki tekstur dan timbul yang sulit dipalsukan. Selain itu, menerawang uang palsu juga dapat mengidentifikasi keaslian uang," jelas Alfons.
Cara Mendeteksi Uang Palsu
Alfons menambahkan bahwa mendeteksi uang palsu dapat dilakukan dengan menerawang ke sinar matahari atau menggunakan lampu flash ponsel. Namun, seringkali masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk melakukan teknik 3D karena terburu-buru. Oleh karena itu, disarankan untuk menyerahkan uang kepada petugas bank atau menggunakan pembayaran elektronik.
Penangkapan Pelaku dan Proses Produksi Uang Palsu
Pada bulan September 2024, mesin cetak uang palsu ditemukan di dalam kampus UIN Alauddin Makassar. Mesin cetak tersebut dibeli oleh Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar seharga Rp 600 juta. Uang palsu tersebut awalnya diproduksi oleh tersangka berinisial AS di Kota Makassar.
Kapolres Gowa, AKBP Rheonald T Simanjuntak, menjelaskan bahwa proses pencetakan uang palsu masih menggunakan mesin cetak berukuran kecil. Namun, karena permintaan uang palsu semakin meningkat, mereka memesan mesin cetak yang lebih besar dari China.
Kesimpulan
Kasus ‘pabrik’ uang palsu di kampus UIN Alauddin Makassar menjadi peringatan bagi masyarakat untuk lebih waspada terhadap uang palsu. Dengan melakukan teknik 3D sederhana, kita dapat mengidentifikasi apakah uang yang diterima asli atau palsu. Selain itu, penting untuk menghindari transaksi dengan uang tunai dalam jumlah besar dan lebih memilih pembayaran elektronik. Semoga kasus ini menjadi pembelajaran bagi semua pihak untuk lebih berhati-hati dalam menerima uang dan memerangi praktik uang palsu di masyarakat.
(ask/afr)