Mengapa Ekonomi Syariah Indonesia Tertinggal dari Malaysia?
Sebagai negara dengan jumlah populasi muslim terbesar di dunia, Indonesia seharusnya memiliki potensi besar dalam pengembangan ekonomi syariah. Namun, sayangnya kondisi ekonomi syariah Indonesia masih tertinggal jauh dari negara tetangga, Malaysia. Mengapa hal ini terjadi? Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan perbankan syariah Indonesia kalah bersaing dengan Malaysia? Mari kita simak pembahasannya di bawah ini.
1. Jumlah Populasi Muslim
Pertama-tama, mari kita lihat dari segi jumlah populasi muslim. Indonesia memiliki jumlah populasi muslim yang jauh lebih besar daripada Malaysia. Dengan populasi sebanyak 281 juta jiwa, Indonesia memiliki potensi pasar yang sangat besar untuk produk dan layanan ekonomi syariah. Namun, sayangnya kinerja perbankan syariah di Indonesia masih jauh dari Malaysia.
2. Perbandingan Kinerja Perbankan Syariah
Menurut data yang dikutip dari detikcom, jumlah penduduk muslim Indonesia pada 2024 mencapai 242 juta jiwa, sedangkan penduduk muslim Malaysia hanya 22 juta jiwa. Meskipun demikian, perbankan syariah Malaysia mampu unggul dari Indonesia dalam hal aset dan pangsa pasar. Contohnya, Maybank Islamic di Malaysia memiliki aset sebesar Rp 1.000 triliun, lebih besar dari seluruh aset perbankan syariah di Indonesia.
3. Pembiayaan ke UMKM
Dari segi pembiayaan ke UMKM, Malaysia memiliki angka 15% sementara Indonesia lebih tinggi di kisaran 17,7%. Namun, pangsa pasar bank syariah Malaysia mencapai 37% sementara Indonesia hanya 7,44%. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih perlu meningkatkan pembiayaan ke UMKM dan meningkatkan pangsa pasar bank syariah di dalam negeri.
4. Potensi Industri Syariah
Kepala Center for Sharia Economic Development Indef, Nur Hidayah menyoroti kurang optimalnya potensi industri syariah dalam negeri. Meskipun Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor makanan halal, fesyen muslim, farmasi dan kosmetik halal, serta media dan rekreasi halal, namun Indonesia masih bergantung pada negara lain untuk memenuhi kebutuhan industri halalnya. Indonesia bahkan menjadi pengimpor terbesar ke-4 di Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
5. Tantangan dan Peluang
Meskipun Indonesia masih tertinggal dari Malaysia dalam pengembangan ekonomi syariah, namun hal ini juga menjadi tantangan dan peluang bagi Indonesia untuk terus meningkatkan kinerja perbankan syariah dan industri syariah secara keseluruhan. Dengan potensi pasar yang besar dan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemimpin pasar ekonomi syariah di tingkat global.
Kesimpulan
Dengan melihat perbandingan kinerja perbankan syariah Indonesia dan Malaysia, serta potensi industri syariah dalam negeri, kita dapat melihat bahwa Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengejar ketertinggalan dari Malaysia. Dengan kerja keras, kolaborasi antara pemerintah, lembaga keuangan, dan pelaku industri, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin pasar ekonomi syariah di tingkat global. Semoga dengan upaya bersama, Indonesia dapat meraih kesuksesan dalam pengembangan ekonomi syariah di masa depan.